Kamis, 05 Mei 2011

Rausyan Ghifari Syakib

Akhirnya, alhamdulillah, trimester pertama pertumbuhan si kecil pun terlewati. Lho, kapan lahirnya ya? He he he. Alhamdulillah tanggal 29 Januari 2011 lalu telah lahir bayi laki-laki yang imut-imut kayak saya (ha ha ha!).

Kepingin banget nulis detil ketika menyambut dan pascanya. Tapi apa daya, gak punya waktu. Kalau sudah di rumah, maunya main terus sama si kecil. Kerjaan kantor lebih baik gak dibawa pulang, karena gak bakal sempat kepegang sama sekali.

Dan si kecil pun diberi nama Rausyan Ghifari Syakib. Banyak yang tanya apa artinya. Umm...jadi kira-kira begini:

Suatu ketika di taksi, pulang diajak suami nonton bareng sama mbak Wanda Hamidah dan pak Chico Hakim plus teman-teman Jakarta Bergeraknya suami. Itu lagi hamil berapa bulan ya? Kalau gak salah sudah delapan bulan. Tiba-tiba teringat nama anak magang di kantor: Raushan. Pas browsing-browsing, ternyata ada bahasa Persia Rausyan Fikr, yang artinya ‘pemikir yang tercerahkan’.

“Istilah Rausyan Fikr diusung oleh tokoh Iran, Ali Shariati. Menurut Shariati, Rausyan Fikr adalah orang yang sadar akan keadaan manusia (human condition) di masanya, serta setting kesejarahan dan kemasyarakatannya. Ia menerima rasa tanggung jawab sosial. Rausyan Fikr mampu menumbuhkan rasa tangung jawab dan kesadaran untuk memberi arahan. Rausyan Fikr berbeda dengan ilmuwan. Ilmuwan hanya menampilkan fakta sebagaimana adanya, sementara Rausyan Fikr memberikan penilaian yang seharusnya. Ilmuwan berbicara dengan bahasa universal, sedangkan Rausyan Fikr berbicara dengan bahasa kaumnya. Ilmuwan bersikap netral dalam menjalankan pekerjaannya; namun Rausyan Fikr harus melibatkan diri pada apa yang ia percayai.” à boleh ngutip dari tulisannya Anas Urbaningrum, he he he.

Kebetulan, suami adalah salah seorang fans dari pemikiran dari Ali Shariati. Maka nama Rausyan yang bermakna ‘yang tercerahkan’, yang juga punya makna setara dengan aufklarung dan enlightment, pun di acc jadi nama depan :D Tapi meski sudah bagus-bagus namanya Rausyan, om-tantenya malah semena-mena manggil Ocan, Ucan, Ojan..haduuuh T__T

Terus, dulu banget nih ya, saya bercita-cita kalau punya anak laki-laki pengin diberi nama Ghifar. Inspirasinya dari Abu Dzar Al-Ghifari yang sahabat Nabi SAW. Abu Dzar itu berasal dari suku Ghifar. “Ghifar adalah suatu kabilah atau suku yang tak ada taranya dalam soal menempuh jarak. Mereka jadi tamsil perbandingan dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Malam yang kelam dan gelap gulita tak jadi soal bagi mereka, dan celakalah orang yang kesasar atau jatuh ke tangan kaum Ghifar di waktu malam.” à tulis suatu situs, he he he. Gak tau kenapa saya nge-fans berat sama sahabat nabi yang satu itu. Mungkin karena sikap oposisinya dan berani bicara benar meski pahitnya-lah yang bikin saya jatuh cinta. Nah, akhirnya kesampaian deh tuh. Menyelipkan nama Ghifari di tengah-tengah J

And then, Syakib. Ini pesanan ayahnya, he he he. Jadi, bapaknya punya nama pena Ahmad Syakib. Dari nama pena inilah lahir tiga buku bertema remaja. Sementara buku-buku berat garapannya cenderung pake nama aslinya. Segitu bangganya pake nama Ahmad Syakib, sampe akun facebook dan twitter pun pake embel-embel Syakibnya. Nah, pas browsing-browsing nama anak, dapatlah arti nama Syakib. Lebih tepatnya Syakiib (double i), yang artinya ‘yang memberi balasan kebaikan’. Dan nama Syakib pun jadi semacam nama “marga”, he he he.

Jadi, artinya? Umm..mungkin begini, Rausyan Gifari Syakib: anak laki-laki yang tercerahkan, memiliki keberanian luar biasa seperti kaum Ghifar yang memberi balasan kebaikan. Semoga gak keberatan ya nak filosofi namanya J