Selasa, 11 Mei 2010

Baju Zirah Dibalik Keberhasilan Penyebaran Islam

Oleh Diyah Kusumawardhani

Sejak abad ketujuh, Islam menyebar dengan cepat. Penyebaran Islam dilakukan dengan penaklukan militer dan dakwah di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada abad kedelapan, sebagian besar India sudah di islamisasi. Sementara pasukan muslim juga mulai melakukan pendudukan di Spanyol pada masa yang sama.

Pada abad ketujuh belas, wilayah yang berada di bawah kepemimpinan Islam menjalar dari Filipina Selatan melintasi Asia Selatan dan Timur Tengah melalui Turki dan menuju ke pusat Eropa. Karena sejarah panjang penyebaran geografis Islam, tak pelak lagi, lengan dan baju besi Islam mencerminkan berbagai teknik, filosofi sosial, dan seni dari berbagai negara. Bentuk baju zirah ini pun berubah-ubah dalam beberapa tahapan perkembangan sejarah mereka. Bentuk senjata dan baju zirah Islam ini pernah digunakan pada periode Mamluk (1250-1517) di Mesir dan Suriah, imperium Utsmani (1299-1922), Persia, serta daerah-daerah di India di bawah kekuasaan Mughal (1526-1858).

Salah satu karakteristik utama perisai milik Islam dibandingkan dengan milik bangsa Eropa, yaitu ukurannya yang relatif lebih ringan dan ramping. Bentuk ini dibuat karena mengingat pasukan muslim mengandalkan strategi dan taktik perang yang mengutamakan kecepatan daripada perlindungan berat. Dan Ini adalah salah satu aspek yang membuat pasukan Islam sering menang dalam pertempurannya dan berhasil menduduki wilayah lawan, untuk kemudian melanjutkan misi untuk menyebarkan Islam.

Dalam perisai buatan Islam, penggunaan piring baja biasanya terbatas pada helm, lengan pertahanan pendek dan pertahanan tungkai bawah. Salah satu bentuk pertahanan tubuh yang paling khas “Islam” adalah penutup tubuh yang terdiri dari pelat baja. Bentuk ini telah dikembangkan pertama kali di Iran atau Anatolia pada awal abad kelima belas. Bentuknya bervariasi dengan ukuran piring yang berbeda. Bentuk ini pernah dipakai dibanyak bagian dari kerajaan Ottoman pada abad keenam belas. Dari situ mungkin diperkenalkan ke India pada awal periode Mughal, karena ternyata ditemukan pengaruh Ottoman pada praktek-praktek militer yang dilakukan Mughal.

Ciri yang paling akrab adalah bentuk perisai Islam berbentuk kerucut khas helm dengan beberapa variasi, yang ditemukan di sebagian besar Eropa dan daerah Eropa Timur yang berada di bawah pemerintahan Islam. Satu variasi ini dikenal sebagai "helm sorban". Prototipe ini dapat ditemukan dalam masa pra-Islam pada tradisi Sasanian (224-336) Persia, yang mengingatkan kita pada kubah-kubah masjid. Helm jenis ini telah berkontribusi dalam simbolisasi Islam.


Baju zirah Islam dihiasi dengan menggunakan berbagai teknik seperti penyepuhan, tatahan, emas dan perak, serta diberi perhiasan. Pada beberapa upacara, hiasan mewah seperti itu bisa mencapai efek yang spektakuler hingga lebih membuat baju zirah mirip dengan perhiasan daripada senjata atau alat perlindungan dalam perang. Memang, kemegahan kekaisaran Mughal tidak dapat dielakkan, hingga istilah "mogul" ini identik dengan kekayaan dan kekuasaan yang sangat besar.


Terlepas dari motif-motif yang terdapat pada baju zirah Islam, yang dominan dari ikonografi Islam pada lengan dan baju besi adalah terletak pada kaligrafi. Seniman Islam pada jamannya hanya mengandalkan pada kata-kata Nabi Muhammad dalam mengilhami dan memberi bentuk harfiah pada desain mereka. Akibatnya, kaligrafi di wilayah-wilayah Islam berkembang menjadi bentuk seni murni.

Sumber: http://www.metmuseum.org/

Tidak ada komentar: