Selasa, 11 Mei 2010

Kecanduan Online Bisa Masuk Pusat Rehab

Oleh Diyah Kusumawardhani


Sore itu Rian menghadiri acara buka puasa bersama dengan kawan-kawan SMA-nya di sebuah foodcourt. Berhubung Rian datang paling pertama, Rian pun dihinggapi kejenuhan menunggu kawan-kawannya. Handphone pun dikeluarkannya, GPRS diaktifkan, situs Facebook pun di mulai dimainkan. Rian pun meng-up date statusnya: “BETE! Belom ada yang dateng!”


Tidak sampai hitungan menit, komentar pun banyak bermunculan. Mulai dari yang menyarankan untuk sabar, sampai yang lucu-lucuan. Rian langsung berubah sumringah saat mengetahui statusnya banyak yang merespon. Ia pun mulai tenggelam dengan dunia Facebook-nya.


Buat para Facebooker, sehari gak up date status kayaknya gimana gitu. Begitu juga dengan para pengguna jejaring sosial lainnya macam Twitter, Plurk, Friendster dan lain sebagainya. Sedangkan para blogger, sehari gak posting tulisan kayaknya ada aktifitas yang hilang. Lain lagi bagi para milister. Sehari gak diskusi di mailing list langganannya, kayaknya ada yang kurang.

Kemajuan teknologi yang telah menciptakan budaya komunikasi sosial jenis baru ini kenyataannya gak selamanya baik. Buktinya, banyak yang addict alias kecanduan terhadap tekonologi khususnya internet ini. Bahkan baru-baru ini di Amerika Serikat telah dibuka pusat rehabilitasi bagi para pecandu teknologi dan internet.


Pusat rehabilitasi yang bernama ReSTART tersebut diklaim sebagai satu-satunya rumah terapi untuk mengatasi kecanduan internet di Amerika Serikat. Lokasinya berada di dekat Redmond, kantor pusat Microsoft dan pusat industri teknologi informasi lainnya.

Di pusat rehabilitasi ini, selama 45 hari para peserta akan mengikuti berbagai program untuk menghilangkan kecanduan mereka dari penggunaan komputer, termasuk kecanduan main video game, SMS, Facebook, eBay, Twitter, dan aplikasi-aplikasi internet lain yang sangat menghabiskan waktu.


Selain di AS, berbagai negara, seperti Cina, Korea Utara, dan Taiwan, telah berdiri pusat rehabilitasi serupa. Bahkan para ahli kejiwaan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa kecanduan internet adalah hal yang sangat serius dan berbahaya, sama buruknya dengan kecanduan alkohol atau obat-obatan. Wuih, serem ya Sob?!


Apa sih akibat kecanduan teknologi dan internet? Contohnya saja Ben Alexander (19). Setiap hari ia menghabiskan seluruh waktunya, kecuali saat tidur, untuk bermain video game World of Warcraft. Akibatnya, ia kini drop out dari kampusnya di Universitas Iowa, AS.

Dampak dari kecanduan internet lainnya, mulai dari dipecat dari pekerjaan, perceraian, atau kecelakaan mobil akibat menyetir sambil menulis SMS atau chatting. Beberapa orang juga dilaporkan meninggal gara-gara main video games selama beberapa hari nonstop. Akibat posisi duduk yang tak berubah-ubah, mereka mengalami penyumbatan pembuluh darah.


Ada yang menarik nih Sob. Menurut Dr.Kimberly Young dari Center for Internet Addiction Recovery, Ada beberapa ciri-ciri seseorang mulai kecanduan internet. Pertama, ia akan merasa internet sangat mengasyikkan. Kedua, lama kelamaan durasi berkutat di internet pun bertambah dan tak bisa mengontrol kebiasaannya. Kehidupan mereka pun mulai terganggu karena setiap ada waktu pasti dihabiskan untuk internet.


Ketiga, mereka akan mencuri-curi waktu untuk memakai internet. Keempat, ia memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresi ke internet. Kelima, terjadi perubahan fisik, seperti berat badan berubah serta sering sakit kepala.


"Kebanyakan dari orang-orang yang kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan, atau orang yang tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dengan orang lain secara langsung," kata Dr. Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical University, New York, AS.

Nah, jadi benar adanya kan Sob kalau Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. So, jangan kebanyakan online cuma buat hal yang gak berguna ya Sob. Salah-salah malah masuk tempat rehab lho! Trus eL-Ka nyanyiin deh tuh lagunya Saykoji; siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk online online online online.

(Sumber: KOMPAS/AP)

Tidak ada komentar: