Oleh Diyah Kusumawardhani
Dua orang sahabat, Amir dan Sandi. Bersekolah di sekolah yang sama sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Prestasinya pun membuat seluruh guru-guru sayang kepada mereka berdua. Bagaimana tidak, peringkat pertama selalu diisi salah satu dari mereka. Jika Amir peringkat satu, maka Sandi pasti di peringkat dua. Begitu juga sebaliknya, dan begitulah selama bertahun-tahun sampai jenjang pendidikan berakhir di tingkat SMA. Kekompakannya selalu membuat iri teman-teman lainnya. Mereka tim yang hebat, tidak terpisahkan.
Namun ketika memasuki jenjang perguruan tinggi, nasib berbicara beda. Amir ditakdirkan tidak lolos pada ujian masuk perguruan tinggi negeri. Padahal mereka sudah terlanjur berjanji untuk mengambil jurusan yang sama dan di kampus negeri yang sama pula. Amir pun mulai frustasi atas keberhasilan sahabat baiknya itu. Frustasi hasil percampuran perasaan kalah dan iri kepada sahabat baiknya sendiri.
Sob, pernah gak sih kamu merasa iri dengan kesuksesan yang diraih sahabat baikmu? Atau pernah gak sih kamu merasa frustasi atas sesuatu yang kamu sendiri yakin sudah melakukan usaha terbaik untuk mencapainya, namun ternyata kamu gagal? Kalau ada di posisi begini, kira-kira bagaimana kamu akan menyikapinya?
Berikut saran dari David J. Schwartz yang eL-Ka ringkas dari salah satu bagian bukunya ‘The Magic of Thinking Big’:
· Introspeksi diri dan pelajarilah kekalahanmu. Ketika kamu merasa kalah, maka cari tahu dimana letak kesalahanmu. Evaluasi dirimu, cari tahu dimana titik kelemahanmu.
· Kritik dirimu dengan sesuatu yang membangun. Perbaiki kelemahanmu.
· Berhentilah menyalahkan nasib. Karena menyalahkan nasib tidak akan pernah membuat kita sukses.
· Ambil hikmah dari kekalahanmu. Berlapang dada-lah. Jangan sampai terjebak dalam perasaan frustasi.
· Jika kamu sudah berhasil menepiskan semua energi negatif yang mengiringi kekalahanmu, maka segeralah bangkit dari keterpurukan. Lanjutkan hidupmu dan berusaha menang pada kesempatan berikutnya.
Tidak heran kalau akhirnya David J. Schwartz meyakini bahwa menang-kalah adalah hal yang sama saja. Karena ternyata, rahasianya terletak pada penyikapannya. Jika kita mampu berpikir dan berjiwa besar, maka kekalahan bisa diubah menjadi dua kemenangan. Kemenangan pertama adalah untuk jiwa karena berhasil bangkit dari keterpurukan. Dan kemenangan kedua untuk semangat dan keberanian mengikuti “pertarungan” selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar