Rabu, 21 Juli 2010

Bersama Thaha Husein

Saat itu Islam sedang diserang oleh orang-orang yang mengatakan dirinya berilmu. Salah satunya adalah Thaha Husein. Ia menulis syair-syair zaman pra Islam yang berisi gugatan-gugatan yang meragukan kemuliaan Islam.

Suatu ketika saat Hasan al Banna sudah menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin, sebuah bedah buku diselenggarakan untuk mengupas karya-karya Thaha Husein. Hasan al Banna tampil ke depan untuk menjadi pembedahnya.

Mendengar dan mengetahui Hasan al Banna yang membedah bukunya, Thaha Husein meminta agar panitia memberikan tempat khusus untuk dirinya agar ia bisa mengikuti dengan cermat acara tersebut. Ia juga meminta agar panitia memberikan waktu khusus agar ia bisa menemui Hasan al Banna di kantor Ikhwanul Muslimin atau di rumahnya.

Kesempatan itu pun tiba. Thaha Husein bertemu dengan Hasan al Banna. Hal pertama kali yang dilakukan Thaha Husein pada orang yang mengritik dan membedah bukunya adalah, ia merangkul Hasan al Banna dengan perasaan penuh cinta yang tulus ikhlas.

“Saya banyak mendengar orang-orang yang membedah buku saya. Namun, mereka tidak membicarakan secara ilmiah dan obyektif, tapi mereka malah membicarakan cacat kehidupan pribadi saya. Andalah orang yang telah membawa amanah ilmu dengan jujur, obyektif dan tajam dan berakhlak mulia. Kalau ada manusia besar di abad ini, Andalah salah seorang di antaranya.” Ujar Thaha Husein memuji Hasan al Banna.

Tidak ada komentar: