Rabu, 21 Juli 2010

Buah Kejujuran

Hasan al Banna adalah orang yang jujur dan benar. Ustadzu al Jil dalam Manhaj Dakwah Hasan al Banna yang ditulis Badr Abdurrazzaq al Mash menyebutkan, “Di antara akhlak Hasan al Banna yang menonjol adalah jujur dan benar. Tidak pernah beliau mengutarakan pendapat, melainkan konsekuen terhadap diri, orang lain dan Rabbnya.”

Dalam kondisi terjepitpun, Hasan al Banna tetap konsekuen terhadap dengan kejujuran. Suatu ketika panitia sebuah demonstrasi sedang akan berkumpul di salah satu asrama siswa – di rumah ibu Hajjah Khadrah Sya’irah di Damanhur. Polisi rupanya sudah mencium rencana mereka. Polisi pun menggerebek asrama itu dan salah seorang masuk ke dalam rumah secara mendadak.

Ia bertanya kepada pemilik rumah tentang siswa-siswa yang melakukan demonstrasi. Pemilik rumah menjawab, “Mereka keluar sejak pagi hari hingga kini belum pulang.” Pemilik rumah berkata demikian sambil terus membersihkan kebun. Jawaban itu dusta dan tidak menentramkan Hasan al Banna. Ia pun keluar menemui aparat yang bertanya tadi untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.

Sementara ibu hajjah tampak ketakutan ketika Hasan al Banna berdialog dengan penuh semangat. Ia mengatakan bahwa semangat nasionalisme yang polisi itu miliki mestinya mengharuskan mereka ada di pihak mereka, bukan justru menghalangi aksi mereka.

Hasan al Banna seorang negosiator ulung. Setelah ia berdebat panjang dengan polisi tersebut, akhirnya polisi tadi benar-benar bisa menerima perkataan Hasan al Banna. Setelah ia mendengar perkataanku, ia pun keluar dan mengatur pasukannya untuk bubar.

Hasan al Banna kemudian masuk kembali menemui kawan-kawan yang sedang bersembunyi. Ia mengatakan kepada kawan-kawannya, “Itulah berkah dari kejujuran.”

Dari kisah ini ia berusaha mengajarkan agar kita memang harus senantiasa jujur dalam mengemban amanah dan tanggung jawab kita. Tidak boleh ada alasan untuk berbuat dusta, walau bagaimanapun keadaannya.

Tidak ada komentar: