Rabu, 21 Juli 2010

Suara Azan di Tepi Nil

Semangat keislamannya tak seperti rata-rata anak-anak di usianya. Hasan al Banna kecil gemar puasa sebulan penuh di bulan Rajab dan Sya’ban, selain Ramadhan.

Di usianya yang belia itu pula ia telah memimpin shalat sebagai imam. Selain itu, ia memiliki kesenangan ketika naik ke puncak menara dan meneriakkan azan dengan lantang.

Hasan al Banna kecil juga punya kebiasaan unik. Ia membagi-bagi wilayah Mahmudiyah dan menentukan siapa yang akan menjadi orang yang membangunkan orang-orang untuk Shalat Subuh. Kemudian ia berkeliling mengetuk pintu-pintu rumah tetangganya agar bangun dan menunaikan Shalat Subuh berjamaah.

Tak hanya para tetangga yang ia bangunkan, kadang muazin pun ia yang membangunkannya. Dibenaknya, ia mengatakan, bahwa ia telah berperan membangunkan para muazin yang kini menyeru manusia untuk menunaikan shalat dan menyembah Tuhannya.

Setelah semua orang terbangun, ia pun pergi menyendiri di tepi sungai Nil. Ia duduk di tepiannya sambil mendengar suara azan yang saling bersahut-sahutan dari satu masjid ke masjid lain.

Sungai Nil yang mengalir menjadi saksi tentang rasa bangga dan bahagia yang menyelimuti dada Hasan al Banna. Kebahagiaannya itu semakin bertambah ketika kakinya melangkah ke dalam masjid dan mendapat dirinya sebagai satu-satunya jamaah terkecil yang ada untuk menyembah Allah, Tuhan semesta alam.

Tidak ada komentar: