Rabu, 21 Juli 2010

Perempuan Pilihan Sang Ibu

Di antara penduduk Ismailiyah ada sebuah keluarga yang disebut As Shauli. Mereka termasuk yang cepat merespon dakwah Hasan al Banna di sana. Keluarga As Shauli termasuk pedagang kelas menengah yang memiliki sentimen agama yang kuat. Maka tidak heran jika anak-anaknya terbina dalam lingkaran agama yang kuat.

Suatu ketika, ibu Hasan al Banna sedang berkunjung ke rumah keluarga As Shauli. Tiba-tiba ia mendengar lantunan ayat-ayat suci al Qur’an yang dibacakan dengan baik sekali. Suara itu berasal dari putri keluarga As Shauli. Ibu Hasan al Banna pun bertanya, “suara siapa itu?” Pemilik rumah pun menjawab bahwa itu suara fulanah yang sedang shalat.

Ibu al Banna pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia menceritakan kejadian di rumah As Shauli tadi. Saat itulah Hasan al Banna terbetik bahwa perempuan itulah yang layak menjadi pendampingnya. Beberapa waktu kemudian, al Banna pun menikahi perempuan yang bernama Lathifah itu.

Nampaknya ibu Hasan al Banna tidak sembarangan memilih calon pendamping hidup anaknya. Ia memiliki kriteria tersendiri. Anak Hasan al Banna yang bernama Tsana menyebutkan beberapa kriteria yang diinginkan neneknya. “Ketika itu nenek simpatik dengan ibuku untuk dijodohkan dengan ayahku. Meskipun kondisi keluarga ibuku sangat sederhana, tapi mereka mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. Bahkan mereka memasak untuk para pekerja yang ada.”

Ibu al Banna juga merasakan bahwa rumah calon menantunya adalah rumah orang yang dermawan dan baik hati. Tsana pun menlanjutkan, katanya, setiap hari kakeknya sering mendatangkan seorang syaikh untuk membacakan al Qur’an di rumah. Lalu suatu ketika, setelah dzuhur, syaikh mengajarkan fiqh untuk penghuni rumah yang perempuan. “Karena itulah ibuku bisa dikatakan orang yang cukup pandai dalam masalah fiqh,” ujar Tsana.

Tidak ada komentar: