Rabu, 21 Juli 2010

Zuhud dan Sederhana

Seorang penulis Barat, Robert Jackson, pernah berkomentar tentang kehidupan Hasan al Banna dalam ar Rajulul Qur’an. Menurutnya, rumah Hasan al Banna adalah contoh kezuhudan. Karena yang ditemui di dalamnya hanyalah sebuah ruangan yang dihampari tikar sederhana. Di tempat yang sama, akan ditemukan sajadah indah dan perpustakaan yang besar.

“Anda tidak melihatnya berbeda dengan orang lain, kecuali seberkas cahaya kuat memancar dari kedua bola matanya sehingga tidak setiap orang dapat bertatap muka dengannya. Penampilannya yang bersahaja dan jenggotnya yang tipis menunjukkan kesederhanaannya dan kewibawaannya,” ungkap Robert Jackson.

Hasan al Banna juga seorang yang sangat sederhana. Ia tidak segan untuk tidur di gubuk, duduk di atas jerami, atau menyantap makanan sederhana yang dihidangkan. Hasan al Banna tidak ingin orang salah persepsi tentang dia. Ia tidak mau dianggap sebagai seorang syeikh dari sebuah aliran tarikat atau seorang yang tamak terhadap kehidupan duniawi.

“Beliau pernah bercerita kepada saya bahwa beliau pernah mengunjungi suatu daerah dan tidak mengenal seorangpun dari penduduknya. Seusai sholat, beliau berbincang-bincang dengan jamaah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam, tetapi tidak jarang orang yang berlalu meninggalkannya. Akhirnya, beliau tidur di atas tikar masjid, berbantal tas dan berselimut surban,” kenang Robert Jackson.

Robert Jackson menambahkan, rihlah itu dilakukan Hasan al Banna slama 15 tahun. Ia mengunjungi lebih dari 2.000 desa dan setiap desa tersebut dikunjunginya beberapa kali. Hasan al Banna membawa segudang ilmu, paham sejarah baru dan lama, keluarga, suku marga, perkampungan dengan segala peristiwa dan kelebihannya. Dari berbagai ziarahnya, Anda dapat melihat Hasan al Banna hidup dengan sangat sederhana. “Terkadang beliau tidur di gubuk reot, duduk di tanah, dan makan seadanya,” ujar Robert Jackson.

Tidak ada komentar: