Rabu, 21 Juli 2010

Hasan al Banna dan Pan Islamisme

Hasan al Banna remaja sudah berusia 16 tahun, dan menjadi mahasiswa di Universitas Darul Ulum. Saat itu kekuasaan Inggris di Mesir pun kian memuncak. Kerusakan moral pun mulai terjadi dimana-mana. Apalagi saat ia menginjakkan kaki di Kairo. Ia terkejut ketika disana ia menemukan bahwa keburukan moral dan akhlak adalah suatu hal wajar yang biasa dilakukan.

Tiba-tiba semuanya berkiblat ke Barat. Pada saat yang sama, terbitlah sebuah buku karangan Syekh Ali Abdurraziq berjudul Islam dan Dasar-dasar Pemerintahan. Sebuah buku yang mendorong Kaum Muslim untuk terjun dan menjalankan kehidupan sekuler, baik secara sosial dan juga pemerintahan. Itu semua membuat Hasan al Banna terluka.

Di akhir-akhir masa kuliahnya, iapun bergabung dengan jamaah pengajian Rasyid Ridha yang mengobarkan semangat Pan Islamisme milik Jamaluddin al Afghani. Pan Islamisme di Mesir sendiri idenya ditangkap oleh seorang ulama besar bernama Muhammad Abduh. Muhammad Abduh – yang juga guru dari Rasyid Ridha – berusaha menyampaikan sebab utama kemunduran negeri-negeri Muslim adalah penjajahan yang dilakukan oleh orang-orang Barat. Karenanya, Kaum Muslim harus bersatu dan melawan penjajahan.

Muhammad Abduh tidak saja menerima dan memperjuangkan pikiran Jamaluddin al Afghani, tapi ia juga melengkapi dan memperbaiki. Menurut Muhammad Abduh perjuangan di jalur politik saja, tidaklah cukup dan memadai. Ia harus ditopang penuh dengan perbaikan dan pendidikan di kalangan umat. Maka Muhammad Abduh pun melakukan usaha pendidikan dan pencerdasan umat Islam, khususnya di kalangan muda.

Didalam gerakan inilah Hasan al Banna bergabung menjadi salah satu murid Rasyid Ridha. Menggali ilmu, sekaligus mempersiapkan cikal bakal Ikhwanul Muslimin.

Tidak ada komentar: